Rabu, 13 Maret 2013

Bencana LuSi

Ternyata bencana semacam Lusi Pernah Terjadi pada Jaman Majapahit !!! Benar pada jaman Majapahit, dikenali dari Pararaton pada tahun 1296 Caka. Seorang geolog sahabat saya yang juga belepotan minyak sakjane (maksudte bekerja di permigasan), Pak Awang Harun Satyana bercerita dibawah ini untuk penikmat dongengan.
    • :( :Pakdhe, Ternyata banyak ahli-ahli masalalu, ya ? Ada ahli geologi kayak Pakdhe yang mengkaji proses-proses dibumi ratusan ribu hingga jutaan tahun yang lalu. Ada ahli arkeologi dan anthropologi yang mengkaji kisah manusia dan peninggalannya ribuan tahun yang lalu. Juga ada ahli bio-evolusi dan paleontologi yang mengkaji mahkluk hidup jaman dahulu sejak bumi terbentuk. Bahkan ada Paleoanthropologi yang ahlinya Pak Jacob dari Jogja”
    • :D :”Lah kowe wis pinter mendongeng juga gitu, to le ?”
    • :( :”Tapi mbok dongeng evolusinya diterusin dhe ?”

Pararaton 1296 Caka : Bencana “Pagunung Anyar” dan Sandyakala ning Majapahit
Awang Harun Satyana
Judul di atas maksudnya adalah menurut Kitab Pararaton yang diterjemahkan Brandes (1896), bahwa pada tahun 1296 Caka atau 1374 Masehi telah terjadi sebuah bencana bernama “Pagunung Anyar” yang memundurkan Majapahit, kerajaan Nusantara terbesar. Apakah bencana Pagunung Anyar ? Saya menafsirkannya, itu adalah erupsi gununglumpur ala semburan LUSI (!)
sengkala_majapahit_1.JPGDi bawah ini adalah catatan2 saya setelah mempelajari buku2 sejarah, geologi, dan folklore yang berselang lebih dari 100 tahun penerbitannya. Dimulai dari Daldjoeni (1984, 1992) “Geografi Kesejarahan”, lalu bersambung ke depan dan ke belakang menuju Purwadi (2001) “Babad Tanah Jawi : Menelusuri Jejak Konflik”, Slamet Muljana (1968, 2005) “Runtuhnya Kerajaan Hindu-Jawa dan Timbulnya Negara-Negara Islam di Nusantara”, Slamet Muljana (1965, 2005) “Menuju Puncak Kemegahan (Sejarah Kerajaan Majapahit)”, Denys Lombard (1990) “Le Carrefour Javanais”, James Nash (1932), “Enige voorlopige opmerkingen omtrent de hydrogeologie der Brantas vlakte – Handelingen van 6de Ned. Indische Natuur Wetenschappelijke Congres”, H.J. de Graaf (1949) “de Geschiedenis van Indonesie”, J. Brandes (1896) “Pararaton (Ken Arok) of het Boek der Koningen van Tumapel en van Majapahit”, buku2 geologi karya Duyfjes (1936-1938) untuk pemetaan wilayah Kendeng bagian timur (“Zur geologie und stratigraphie des Kendenggebietes zwischen Trinil und Soerabaja” dan “Toelichting bij blad 115,109, 110, 116), juga karya masterpiece van Bemmelen (1949, 1972) “The Geology of Indonesia”, dan buku folklore karya James Danandjaja (1984) “ Folklor Indonesia : Ilmu gossip, dongeng, dan lain2
Maksud hati ingin menelusuri tulisan2 sejarah tentang kronik kejadian Bledug Kuwu di selatan Purwodadi agar bisa mencari analogi untuk kronik semburan LUSI, ternyata penelusuran buku2 di atas malahan membawa saya ke pemikiran bahwa : selain oleh alasan politik, Majapahit MUNGKIN telah mundur oleh deformasi Delta Brantas akibat rentetan erupsi gununglumpur Jombang-Mojokerto-Bangsal pada kawasan sepanjang 25 km. Mari kita lihat sisik-meliknya.
Perspektif dari selatan
Kita mulai dari panorama sebuah gunung yang dikeramatkan oleh penduduk dan tokoh2 kerajaan sejak Mpu Sindok, Erlangga, dan para pengikutnya : Gunung Penanggungan. Gunung Penanggungan, sebuah gunung setinggi 1659 meter di utara Gunung Arjuno-Welirang, adalah gunung paling dekat ke lokasi semburan LUSI. Gunung ini terletak di sebelah selatan Sungai Porong dan masih ke sebelah selatan dari Gawir Watukosek, sebuah gawir sesar hasil deformasi Sesar Watukosek yang juga membelokkan Sungai Porong , melalui titik2 semburan lumpur panas termasuk LUSI, juga melalui gunung2 lumpur di sekitar Surabaya dan Bangkalan Madura.
sengkala_majapahit_5.JPGDalam sejarah kerajaan2 Hindu di Jawa Timur, Gunung Penanggungan adalah sebuah gunung yang penting (Daldjoeni, 1984; Lombard, 1990). Kerajaan2 yang pernah ada di Jawa Timur, selain berurat nadi Sungai Brantas, kerajaan2 itu mengelilingi Gunung Penanggungan, misalnya Kahuripan, Jenggala, Daha, Majapahit, dan Tumapel (Singhasari). Daerah genangan LUSI sekarang dulunya adalah wilayah Medang atau Kahuripan dari zaman Sindok dan Erlangga, juga termasuk ke dalam wilayah Majapahit. Setiap kali ada kekacauan di wilayah kerajaan2 itu, maka Gunung Penanggungan dijadikan ajang strategi perang. Erlangga pun pada saat pengungsian dari serangan Worawari tahun 1016 yang menewaskan Dharmawangsa mertuanya (Maha Pralaya), bersembunyi di Penanggungan sambil memandang ke utara menuju lembah Porong dan Brantas memikirkan bagaimana membangun kerajaannya yang baru. Penanggungan pun dijadikan tempat2 untuk memuliakan tokoh-tokoh kerajaan. Di lereng timur gunung ini di Belahan terdapat makam Erlangga, makam Sindok di Betra, dan makam ayah Erlangga di Jalatunda. Di Penanggungan pun terdapat ratusan candi, yang saat ini tidak terawat. Makam2 keramat ini ditemukan penduduk Penanggungan pada awal abad ke-20 setelah beratus2 tahun terkubur, saat mereka membakar gelagah yang menutupinya untuk keperluan pembuatan pupuk.
Dari Gunung Penanggungan ke lembah dan delta Brantas pemandangannya permai dan subur lahannya, sehingga banyak kerajaan didirikan di dataran Brantas. Menurut Nash (1932) – “hydrogeologie der Brantas vlakte”, Delta Brantas terbentuk berabad-abad lamanya; dan peranannya penting di dalam percaturan politik kerajaan-kerajaan yang pernah ada di Jawa Timur. Kemajuan dan kemunduran kerajaan2 ini kelihatannya banyak dipengaruhi oleh segala yang terjadi di Delta Brantas.
sengkala_majapahit_4.JPGMenurut penelitian Nash pada tahun 1930, tanah Delta Brantas itu tidak stabil karena di bawahnya masih terus saja bergerak tujuh jajaran antiklin sebagai sambungan ujung Pegunungan Kendeng yang mengarah ke Selat Madura. Misalnya, pernah terjadi kenaikan tanah di sekitar sambungan (muara) Kali Brantas dengan Kali Mas; palung sungai bergeser ke kiri sehingga airnya mengalir ke barat. Setelah mengisi ledokan yang dinamai Kedunglidah (di sebelah barat Surabaya sekarang), kemudian mengalir menuju laut dan bermuara di dekat Gresik. Menurut catatan sejarah, Kedunglidah itu masih ada pada tahun 1838.
Denys Lombard, ahli sejarah berkebangsaan Prancis yang menulis tiga volume tebal buku sejarah Jawa tahun 1990 “Le Carrefour Javanais – Essai d’Histoire Globale” (sudah diterjemahkan oleh Gramedia sejak 1996 dan cetakan ketiganya diterbitkan Maret 2005) menulis tentang “Prasasti Kelagyan” zaman Erlangga bercandra sengkala 959 Caka (1037 M). Kelagyan adalah nama desa Kelagen sekarang di utara Kali Porong. Prasasti Kelagyan mmenceritakan bahwa pada suatu hari sungai Brantas yang semula mengalir ke utara tiba-tiba mengalir ke timur memutuskan hubungan negeri Jenggala dengan laut, merusak tanaman dan menggenangi rumah2 penduduk. Erlangga bertindak dengan membangun bendungan besar di Waringin Pitu dan memaksa sungai kembali mengalir ke utara. Mungkin, inilah yang disebut sebagai bencana “Banyu Pindah” dalam buku Pararaton. Bencana seperti ini kelihatannya terjadi berulang2, bencana yang sama dicatat di dalam buku Pararaton terjadi lagi tahun 1256 Caka (1334 M) pada zaman Majapahit.
Sejak zaman Kerajaan Medang abad ke-9 dan 10, Delta Brantas yang dibentuk dua sungai (Kali Mas dan Kali Porong) diolah dengan baik, muara Brantas dijadikan pelabuhan untuk perdagangan (Pelabuhan Hujung Galuh). Ibukota kerajaan didirikan dan dinamakan Kahuripan yang letaknya di dekat desa Tulangan, utara Kali Porong, di sebelah barat Tanggulangin, di dalam wilayah Kabupaten Sidoarjo sekarang (sekitar 10 km ke sebelah utara baratlaut dari lokasi semburan LUSI sekarang). Setelah kerajaan Erlangga pecah menjadi dua pada abad ke-11, yaitu Panjalu (Kediri) dan Jenggala (Kahuripan), dan Kahuripan mundur lalu dianeksasi Kediri, pelabuhan dari Brantas ditarik ke pedalaman di Canggu, dekat Mojokerto sekarang. Kemudian, Kediri digantikan Singhasari, lalu akhirnya Kerajaan Majapahit pada tahun 1293 M, pusat kerajaan kembali mendekati laut di Delta Brantas, sehingga Majapahit menjadi kerajaan yang menguasai maritim.
sengkala_majapahit_3.JPGDaldjoeni (1984) menulis bahwa mulai mundurnya Majapahit pada akhir tahun 1300-an mungkin bukan hanya karena sepeninggal patih Gajah Mada (1364 M) atau Raja Hayam Wuruk (1389 M), tetapi juga dapat dihubungkan dengan mundurnya fungsi delta Brantas yang didahului oleh rentetan bencana geomorfologis yang dalam buku-buku sejarah tidak pernah ditulis. Namun, sebagai gejala alami, Kitab Pararaton mencatat hal-hal yang menarik untuk kita perhatikan. Kitab Pararaton menurut Prof. Slamet Muljana ditulis pada tahun 1613 M. Kitab Pararaton menceritakan kronik Singhasari sejak Ken Arok sampai habisnya Kerajaan Majapahit. Pararaton adalah sumber sejarah penting Majapahit di samping Negara Krtagama karangan Mpu Prapanca (Mpu Prapanca hidup sezaman dengan Gajah Mada).
Dalam hubungan dengan kemunduran Majapahit, kitab Pararaton mencatat (Brandes, 1896: “Pararaton” terbit lagi tahun 1920 setelah diedit oleh N.J. Krom) :
  • Bencana yang dalam kitab Pararaton disebut “BANYU PINDAH” (terjadi tahun 1256 Caka atau 1334 M).
  • Bencana yang dalam kitab Pararaton disebut “PAGUNUNG ANYAR” (terjadi tahun 1296 Caka atau 1374 M)
Secara harafiah, Banyu Pindah=Air Pindah, Pagunung Anyar = Gunung Baru.
Penelitian selanjutnya (Nash, 1932) telah menemukan bukti-bukti bahwa telah terjadi berbagai deformasi tanah yang pangkalnya adalah bukit-bukit Tunggorono di sebelah selatan kota Jombang sekarang, kemudian menjalar ke timurlaut ke Jombatan dan Segunung. Akhirnya gerakan deformasi tersebut mengenai lokasi pelabuhan Canggu di sekitar Mojokerto sekarang, lalu makin ke timur menuju Bangsal (sekitar 25 km di sebelah barat lokasi semburan LUSI sekarang). Di dekat Bangsal ada sebuah desa yang namanya GUNUNG ANYAR. Begitu juga di tempat pangkal bencana terjadi di selatan Jombang ada nama desa serupa yaitu DENANYAR yang semula bernama REDIANYAR yang berarti gunung baru.
Perhatikan bahwa nama GUNUNG ANYAR juga dipakai sebagai nama sebuah kawasan di dekat Surabaya yang sekarang menjadi terkenal dalam hubungan dengan kasus semburan LUSI sebab ternyata GUNUNG ANYAR adalah sebuah mud volcano yang membentuk kelurusan dengan LUSI.
Nah, apakah bencana alam yang memundurkan era keemasan Majapahit yang dalam kitab Pararaton disebut bencana “Pagunung Anyar” adalah bencana-bencana terjadinya erupsi jalur gununglumpur dari selatan Jombang-Mojokerto-Bangsal ? Jalur itu membentuk jarak sepanjang sekitar 25 km. Kalau erupsi semua gununglumpur itu sedahsyat seperti semburan LUSI sekarang, bisa dibayangkan bagaimana terganggunya kehidupan di Majapahit pada akhir tahun1300-an dan pada awal 1400-an. Serangan fatal mungkin terjadi karena rusaknya pelabuhan Canggu di dekat Mojokerto, sehingga Majapahit yang merupakan kerajaan maritim menjadi terisolir dan perekonomiannya mundur. Zaman itu, Canggu di Mojokerto masih bisa dilayari dari laut sekitar Surabaya sekarang.
sengkala_majapahit_6.JPGSecara geologi, Jalur Jombang-Mojokerto-Bangsal adalah masih di dalam Jalur Kendeng, sejalur dengan lokasi semburan LUSI, masih di dalam wilayah bersedimentasi labil dan tertekan (elisional), yang menurut Nash (1932) di bawahnya dari selatan ke utara ada jajaran antiklin Jombang, antiklin Nunung-Ngoro, dan antiklin Ngelom-Watudakon yang terus bergerak yang menyebabkan Delta Brantas tidak stabil. Aktivitas deformasi di bagian timur Kendeng ini secara detail digambarkan oleh Duyfjes (1936) yang memetakan lembar peta 109 (Lamongan), 110 (Mojokerto), 115 (Surabaya), dan 116 (Sidoarjo) pada skala 1 : 100.000. Beberapa gambar2-nya dimuat di buku van Bemmelen (1949) yang juga mengatakan bahwa secara struktural deformasi di wilayah Kendeng bagian timur ini terjadi melalui gravitational tectogenesis sebab geosinklin Kendeng timur-Madura Strait masih sedang menurun. Kondisi elisional semacam ini tentu memudahkan piercement structures seperti mud volcano eruption. Dari geosinklin menjadi antiklinorium jelas melibatkan sebuah sistem elisional.
Sepeninggal Hayam Wuruk, raja-raja Majapahit kurang cakap memimpin negara, banyak perang saudara, seperti Paregreg, yang melemahkan negara sampai akhirnya Majapahit musnah pada tahun 1527 M saat diserang kerajaan Islam pertama di Jawa : Demak. Suksesi tidak berjalan dengan baik, one-man show mendominasi pemerintahan selama Gajah Mada dan Hayam Wuruk, tak ada regenerasi ke penerusnya. Sepeninggal pasangan Gajah Mada-Hayam Wuruk, negara melemah. Tetapi, catatan2 tak tertulis di buku sejarah, kecuali Pararaton beserta kondisi geologis-geomorfologis Delta Brantas menunjukkan, bahwa bencana alam erupsi gununglumpur ala semburan LUSI juga patut diperhitungkan sebagai penyebab kemunduran Majapahit.
Cerita rakyat atau dongeng Jawa Timur “Timun Mas (seperti pernah di-posting Pak Dwi-PetroChina dan kita diskusikan tahun lalu dalam hubungannya dengan semburan LUSI) berasal dari sekitar zaman Kahuripan di Delta Brantas sekitar abad ke-11 (James Danandjaja, 1984 : “Folklor Indonesia”). Kemunculan raksasa yang selalu disertai gempa, garam yang dilempar Timun Mas yang menjadi lautan, dan terasi yang dilempar Timun Mas yang menjadi lumpur panas yang akhirnya menenggelamkan sang raksasa, secara samar menggambarkan kondisi bagaimana kalau sebuah mud volcano ala LUSI meletus. Kita melihatnya sekarang, lumpur panas dan genangan seperti laut dengan air asin menengelamkan desa2 Sidoarjo yang dulunya adalah wilayah Kahuripan. Apakah dongeng Timun Mas sebenarnya menggambarkan bahwa dulu pun kasus seperti LUSI pernah terjadi ? Walahualam, tetapi penelusuran buku2 sejarah, geologi, dan folklore Timun Mas rasanya memungkinkan hal itu.
Apakah bencana LUSI sekarang akan memundurkan Jawa Timur atau bahkan Indonesia ? Sekitar 500-600 tahun yang lalu mungkin hal yang sama telah terjadi terhadap Majapahit ! Lima ratus tahun kemudian, mestinya kini kita tak semudah itu patah diterjang bencana bukan ?
Awang H S
Geologist Indonesia
Catetan epiloque
  • :( ” Wadduh Dhe ,,, kalau begitu semestinya kita harus melihat ulang sejarah Indonesia. Memasukkan faktor ilmu kebumian kedalam pembelajaran sejarah sangat penting untuk rakyat Indonesia dimasa mendatang. Seperti yang PakDhe tulis dahulu tentang Candi Kedulan, Ya Dhe ?
  • :) “Ya, pelajaran itu mestinya untuk generasimu dan generasi nantinya le, jas merah jangan digantung saja … Jangan Lupakan Sejarah ! “
Tulisan diatas hanya menunjukkan bahwa di daerah ini dahulu pernah terjadi secara alamiah, juga memebrikan pelajaran bahwa MV adalah proses alam yang pernah terjadi sejak dahulu di daerah ini. Artinya daerah Jawa Timur terutama sekitar Porong sangat BERPOTENSI untuk terjadi atau munculnya Mud Volkano.
Sama saja dengan daerah Jakarta yang memang dibentuk oleh endapan banjir. Secara alamiah memang Jakarta tempatnya banjir. Tetapi bukan untuk menyatakan karena sering banjir ya udah kita nerima saja, bukan.
 http://rovicky.files.wordpress.com/2011/05/dieng-merah-putih1.jpg
Dataran tinggi Dieng lebih dikenal sebagai lokasi wisata ketimbang sebuah kompleks gunungapi tua dengan segala seluk beluknya. Secara geologi Dieng merupakan sebuah kompleks gunungapi tua yang berada di Jawa Tengah.Lokasi wisata ini sudah dikenal didalam maupun luar negeri. Berita tentang naiknya status Waspada (level 3) kompleks Gunung Dieng ini tentunya banyak mengundang pertanyaan. Apa sebenernya kompleks gunung Dieng ini.
Menurut catatan VSI (Vulkanological Survey Indonesia) kompleks gunungapi ini dikenal dengan :
  • Nama : G. Dieng (Nama Lain : Gunung Parahu)
  • Lokasi : Koordinati : 7°12′ LS dan 109°54′ BT .
    Nama kota Dieng Kulon. Kota terdekat Banjar-negara (kota Kabupaten)
  • Ketinggian : 2565 m. dpl.
  • Tipe Gunungapi : Strato, dengan lapangan solfatara dan fumarola, serta banyak kawah (cone).
:( “Wah, Dieng kan lokasi Wisata Pakdhe. Mosok bisa meletus ?”
:D “Thole perlu dimengerti juga bahwa bahaya Gunungapi atau Vulkan itu selain letusannya juga kegiatan letusa freatik yang berupa keluarnya gas beracun seperti di Kompleks Gunungapi Dieng ini”.

Bahaya gas beracun

Kawah Sinila yang pernah mengeluarkan gas beracun pada tahun 1979
Gunungapi Dieng memang berupa kompleks gunung api yang memiliki banyak kawah.  Diantaranya nama kawahnya adalah : Timbang,  Sikidang, Upas, Sileri, Condrodimuko, Sibanteng dan Telogo Terus. Yang membahayakan dari Gunung Dieng ini adalah hembusan gas beracun yang berupa CO2. Emisi gas yang dihasilkan oleh beberapa kawah sudah diketahui sejak lama (Bemmelen, 1949; Allard dkk., 1989). Pada tahun 1979, terjadi erupsi freatik pada kawah Sinila, menghasilkan gas-gas, hususnya CO2. Akumulasi gas CO2 yang cukup tinggi tersebut bergerak menuruni lereng dan lembah serta meliwati jalan perkampungan, menyebabkan terbunuhnya 142 penduduk yang tinggal disekitar daerah letusan tersebut.

Sejarah Geologi Kawasan Gunung Dieng

Kegiatan gunungapi pada komplek G.Dieng dari yang tua hingga yang termuda dapat dibagi dalam tiga episoda yang didasarkan pada umur relatif, sisa morfologi, tingkat erosi, hubungan stratigrafi dan tingkat pelapukan.
http://www.ulb.ac.be/sciences/cvl/DKIPART1.pdf
Peta kawah-kawah di Kompleks Gunung Dieng
Formasi pra Kaldera, dindikasikan oleh kegiatan vulkanik dari Rogo Jembangan, Tlerep, Djimat dan vulkanik Prau. Produknya tersebar dibagian luar dari komplek Dieng.
Formasi setelah Kaldera, diperlihatkan oleh aktivitas vulkanik yang berada didalam kaldera. Diantaranya, Bisma-Sidede, Seroja, Nagasari, Pangonan, Igir Binem dan Vulkanik Pager Kandang. Produknya berupa piroklastik jatuhan yang menyelimuti hampir seluruh daerah, dikenal juga sebagai endapan piroklastik daerah Dieng yang tak terpisahkan. Kegiatan saat ini ditandai oleh lava berkomposisi biotit andesit berasosiasi dengan jatuhan piroklastik. Aktivitas terahir ditandai oleh erupsi-erupsi preatik.
:( “Pakdhe, Biotit itu nama apa to ? Namanya lutju, tapi aku kan ngga tahu. Mbok sesekali dicritakan, Pakdhe”
:D “Thole , Biotit, Hornblende,  itu nama mineral. Kalau Andesit itu nama batuan. Ya wis nanti dongeng terpisah ya”. 

Episoda pertama (Formasi Pra Kaldera)

Produk piroklastika Rogojembangan (Djimat) menutupi daerah utara dan selatan komplek, kemungkinan terbentuk pada Kuarter bawah (Gunawan, 1968).
Kawah Tlerep yang terdapat pada batas timur memperlihat terbuka kearah selatan membentuk struktur dome berkomposisi hornblende andesit.
Krater vulkanik Prau terletak kearah utara dari Tlerep.Setengah dari kawah bagian barat membentuk struktur kaldera. Prau vulkanik menghasilkan endapan piroklastik dan lava andesit basaltis.

Episoda ke dua

Peta Bencana Sinila 1979
Beberapa aktivitas vulkanik berkembang didalam kaldera, diantaranya:
  • G. Bisma, yaitu kawah tua yang terpotong membuka kearah barat, dengan produknya berupa lava dan jatuhan piroklastik.
  • G. Seroja memperlihatkan umur lebih muda dengan tingkat erosi selope yang kurang kuat dibandingkan G.Bisma. Produknya berupa lava berkomposisi andesitis dan endapan piroklastika.
  • G.Nagasari, yaitu gunungapi composite, terdapat diantara Dieng-Batur dan berkembang dari utara ke selatan.
  • G. Palangonan dan Mardada memiliki kawah yang berlokasi kearah timur dari Nagasari, masih memperlihatkan morfologi muda (bertekstur halus), serta menghasilkan lava dan endapan piroklastika.
  • G. Pager Kandang (Sipandu) memiliki kawah pada bagian utara. Solfatara dan fumarola tersebar sepanjang bagian dalam dan luar kawah dengan suhu 74oC, serta batuan lava berkomposisi basaltis, yang tersingkap di dinding kawah.
  • G. Sileri, merupakan kawah preatik yang memperlihatkan aktivitas hydrothermal berupa airpanas dan fumarola. Kawah ini telah aktif sejak dua ratus tahun terahir, menghasilkan piroklastika jatuhan.
  • G. Igir Binem, adalah gunungapi strato yang memiliki dua kawah, disebut dengan telaga warna, yang tingkat aktivitas hidrothermalnya cukup kuat.
  • Group G. Dringo-Paterangan terletak didalam daerah depresi Batur, terdiri dari kawah komposite, menghasilkan lava andesitis dan piroklastik jatuahan.

Episoda ketiga

Peta Geologi Dieng yang dibuat oleh Pak Sukhyar (1994), kini Kepala Badan Geologi.
Aktivitas gunungapi pada episoda ini, menghasilkan lava andesit biotit, jatuhan piroklastik dan aktivitas hydrothermal.
:( “Wah Pakdhe kok bahasanya tehnis banget sih ?”
:D “Thole ini tulisan diambil dari VSI, ya mesti agak tehnis. Kajian geologi itu kan kajian ilmiah. Jangan alergi dengan kajian ilmiah. Justru ilmu itu yang menyelamatkan manusia dari bahaya bencana alam”.

Sejarah Letusan Dieng

Sejak tahun 1600, kegiatan G.api Dieng tidak memperlihatkan adanya letusan magmatik, tetapi lebih didominasi oleh aktivitas letusan freatik atau hydrothermal, sebagaimana diperlihatkan oleh beberapa aktivitas yang telah diperlihatkan dalam sejarah letusan.
Tahun Nama Gunung/Kawah Aktivitas letusan Produk Letusan/korban
1450 Pakuwojo Letusan normal Abu/Pasir  ?
1825/1826 Pakuwojo Letusan normal Abu/Pasir  ?
1883 Kw.Sikidang/Banteng Peningkatan kegiatan Lumpur kawah
1884 Kw.Sikidang Letusan normal ?
1895 Siglagak Pembentukan celah Uap belerang
1928 Batur ? Letusan Normal Lumpur dan batu
1939 Batur Letusan normal Uap dan Lumpur,5 orang meninggal
1944 Kw.Sileri Gempabumi dan letusan Lumpur/59 meninggal,38 luka-luka, 55 orang hilang
1964 Kw.Sileri Letusan normal lumpur
1965 Kw.Condrodimuko/Telaga Dringo Hembusan fumarola, lumpur (?) Uap air dominan
1979 Kw.Sinila Hembusan gas racun Gas CO2, CO ?, CH4,Korban 149 meninggal
1990’s Kw. Dieng Kulon Letusan freatik lumpur
Karakter Letusan : Dominan letusan freatik dan gas (terutama CO2)(Sumber VSI)
Kawah di Gunung Dieng
Erupsi freatik cukup sering terjadi di dataran tinggi Dieng, hal ini  diperlihatkan oleh jumlah kawah yang terbentuk, yaitu ± 70 buah dibagian timur dan tengah komplek, serta  ± 30 buah dibagian barat sector Batur. Sedikitnya 10 erupsi freatik telah terjadi dalam kurun waktu 200 tahun terahir.Letusan freatik inilah yang merupakan bentuk bahaya dari kompleks Gunung Dieng.
Menurut VSI erupsi freatik komplek Dieng dapat dibagi dalam dua katagori:
  1. Erupsi tampa adanya tanda-tanda (precursor) dari seismisity, yaitu hasil dari proses “self sealing” dari solfatar aktif (erupsi hydrothermal).
  2. Erupsi yang diawali oleh gempabumi lokal  atau regional, atau oleh adanya retakan dimana tidak adanya  indikasi panasbumi dipermukaan. Erupsi dari tipe ini umum terjadi di daerah Graben Batur, sebagaimana diperlihatkan oleh erupsi freatik dari vulkanik Dieng pada Pebruari 1979.
Aktivitas erupsi di komplek Dieng termasuk dalam katagori kedua.

Aktifitas Gunung Dieng Mei 2011 (Kawah Timbang).

Gunung Dieng saat ini dalam status waspada. Terutama pada daerah  Kawah Timbang. Sudah dimulai evakuasi warga oleh PMI. Berdasarkan data terakhir pada pos Pengamatan Gunung Api (PGA) Dieng, terjadi peningkatan kandungan gas CO2 pada pukul 11.17 WIB, Sabtu 28 Mei 2011, sebanyak 0,86 persen volume. Sedangkan batas aman kandungan CO2 hanya 0,5 persen volume.
:( “Whadduh Pakdhe, aku belum banyak tahu tentang Dieng kok sudah bergolak ya ?”
:D “Itulah thole, jangan buru-buru malas membaca tulisan tehnis. Pengetahuan sejarah masa lalu gunung ini akan memerikan bekal ilmu dalam menyelamatkan diri dan mitigasi gunungapi”
Bagaimana munculnya gas beracun ini ? Tunggu dongengan selanjutnya.

Pingin melihat gerhana matahari ? Siap-siap 10 Mei 2013 dan Jangan Lupa 9 Maret 2016

 
 
 
 
 
 
Rate This

ImagePingin melihat gerhana matahari total ?

Ingat-ingat tanggal 9 Maret 2016. Pesan hotel dikota-kota yang dilewati gerhana ini di Indonesia.
:( “Waduh Pakdhe, mosok pesen hotelnya dari sekarang ?”
:D “Thole gerhana matahari total yg lewat Indonesia belum tentu kau alami lagi. Perulangannya bisa puluhan bahkan ratusan tahun sekali untuk melewati daerah yang sama”.
Kota-kota yang akan dilewati gerhana matahari total (GMT) pada tanggal 9 Maret 2016 nanti. Mulai dari Pekanbaru, Palangkaraya, Banjarmasih, Balikpapan, Palu, Suasu, Bolaang, Poh, Ternate dan Kobe (Halmahera).
Bagi yang belum berkesempatan menyaksikan gerhana sebelumnya, Insya Allah tahun 2016 bisa menikmatinya. Karena menurut perhitungan akan ada Gerhana Matahari Total – GMT melewati kota-kota besar Indonesia.
Image
Cataatt !! Yang ini jangan sampai lupa 8 Maret 2016, atau 9 Maret waktu Indonesia
Untuk membayangkannya silahkan tengok animasi peta daerah mana saja yg akan mengalami gerhana matahari total ini bisa dilihat dibawah ini.
SE2016Mar09T[1]
WIB ditambah 7 Jam
Gerhana matahari total tahun 2016 memang akan menarik untuk menjadi pengamatan. Selain adanya keindahan dibalik keanehan, sesuatu yang jarang terjadi.Persiapan tanggal 10 Mei 2013 dulu.
SE2013May10A[1]
WIB ditambah 7 Jam !
Kalau masih tidak sabar menunggu hingga tahun 2016, bisa juga menengok gerhana matahari dulu yaitu tanggal 10 Mei 2013 nanti. Walaupun yang total  hanya nampak dari daratan Australia dan Samodera Pasific SelatanGerhana pada bulan Mei nanti berupa gerhana matahari total. Pada bulan mei nanti gerhana matahari ini juga dapat diamati dari Indonesia tetapi tidak terlihat gerhana matahari total.
Bagaimana cara melihat gerhana matahari dengan aman ? Silahkan baca tulisan sebelumnya disini : Melihat Gerhana Matahari
Catat tanggalnya ya .. !
 
About these ads